MAKALAH KONSEP DIRI
DOSEN PENGAMPU : GITHA ANDRIANI,S.SIT,M.KES
DI SUSUN OLEH KELOMPOK 3:
1. IS
MAYA :(15150060)
2. ANA
IRMA JULIANA SARI (15150061)
3. ELISABETH
TUTI PURWANTI (15150062)
4. PONI
HARDYANTI (15150063)
5. LENI
ANDRIWINI (15150064)
6. ENGGA
WIDIANTI NINGRUM (15150065)
7. NOVA
VALENTINA (15150066)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa. Karena atas berkat rahmat dan kasihNya, sehingga akhirnya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “KONSEP DIRI” makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Keterampilan Dasar Kebidanan”. Kami
menyadari banyak kekurangan dan hal-hal yang perlu ditambahkan pada tugas
makalah ini. Kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena itu
kritik dan saran sangat diharapkan dari para pembaca. Akhirnya penyusun
mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini dan besar harapan penyusun, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan menambah pengetahuan tentang pembahasan konsep diri
keterampilan dasar kebidanan ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa bersama
kita amin.
Yogyakarta, Desember 2015
penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.........................................................................................
Tujuan Penulisan...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.........................................................................................
Tujuan Penulisan...........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Diri.............................................................................
B. Komponen-komponen Konsep Diri...............................................................
C. Macam-macam Konsep Diri..................................................................................
D. Dimensi-dimensi Konsep Diri......................................................................................
E. Perkembangan Konsep Diri.................................................................................
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Konsep Diri.....................................................
G.Peran Konsep dalam Perilaku Aktualisasi Diri...................................................................
A. Pengertian Konsep Diri.............................................................................
B. Komponen-komponen Konsep Diri...............................................................
C. Macam-macam Konsep Diri..................................................................................
D. Dimensi-dimensi Konsep Diri......................................................................................
E. Perkembangan Konsep Diri.................................................................................
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Konsep Diri.....................................................
G.Peran Konsep dalam Perilaku Aktualisasi Diri...................................................................
BAB
III PENUTUP
A. KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
B.
DAFTAR FUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Salah
satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri. Konsep diri
(self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap
pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada
manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup
lainnya.
Konsep
diri seseorang dinyatakan melalui
sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai
organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang. Perkembangan yang
berlangsung kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang
bersangkutan.
Segala
keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas
kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas
kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai
suatu hal yang sulit untuk diselesaikan, maka dari itu sangatlah penting untuk
seorang perawat memahami konsep diri. Memahami diri sendiri terlebih dahulu
baru bisa memahami klien.
2. TUJUAN PENULISAN
Memahami Konsep Diri
Memahami Komponen-komponen Konsep Diri
Memahami Macam-macam Konsep Diri
Memahami Dimensi-dimensi Konsep Diri
Memahami Perkembangan Konsep Diri
Memahami Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Konsep Diri
Memahami.Peran Konsep dalam Perilaku Aktualisasi Diri
Memahami Komponen-komponen Konsep Diri
Memahami Macam-macam Konsep Diri
Memahami Dimensi-dimensi Konsep Diri
Memahami Perkembangan Konsep Diri
Memahami Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Konsep Diri
Memahami.Peran Konsep dalam Perilaku Aktualisasi Diri
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Konsep Diri
Manusia adalah makhluk
biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka serta saling
berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat.
Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan
keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai
kepuasana dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif
Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang diri, misalnya “saya kuat dalam
matematika”.
Konsep diri adalah citra subjektif
dari diri dan percampuran yang kompleks dari perasaan, sikap & persefsi
bawah sadar maupun sadar. Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang
mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang
lain. Kita mulai membentuk konsep diri saat usia muda. Masa remaja adalah waktu
yang kritis ketika banyak hal secara kontinu mempengaruhi konsep diri. Jika
seseorang mempunyai masa kanak-kanak yang aman dan stabil, maka konsep diri
masa remaja anak tersebut secara mengejutkan akan sangat stabil.
Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri dapat
menjadi sumber stres atau konflik.
Konsep diri dan persepsi tentang
kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Klien yang mempunyai keyakinan
tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatkan konsep diri. Termasuk
persepsi indvidu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan
lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan
serta keinginannya. Lebih menjelaskan bahwa konsep diri adalah cara individu
memandang dirinya secara utuh : fisikal, emosional, intelektual, sosial, dan
spiritual.
Konsep diri belum ada saat
dilahirkan, tetapi dipelajari dari pengalaman unik melalui eksplorasi diri
sendiri hubungan dengan orang dekat dan berarti bagi dirinya. Dipelajari
melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan
individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu mengartikan
pandangan orang lain tentang dirinya. Konsep diri berkembang dengan baik
apabila : budaya dan pengalaman di keluarga dapat memberikan perasaan positif,
memperoleh kemampuan yang berarti bagi individu / lingkungan dan dapat
beraktualissasi, sehingga individu menyadari potensi dirinya. Respons individu
terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang konsep diri yaitu dari
adaptif sampai maladaptive.
Beberapa
Pengertian konsep diri menurut para ahli :
- Menurut Burns (1982),
konsep diri adalah hubungan antara sikap dan
keyakinan tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1984),
mendefisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks diri
keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan,
persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu tersebut.
- Stuart dan Sudeen (1998),
konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan
pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu
dalam berhubungan dengan orang lain.
- Seifert dan Hoffnung (1994)
mendefinisikan konsep diri sebagai “suatu pemahaman
mengenai diri atau ide tentang konsep diri.“
- Cawagas (1983)
menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh
pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya,
kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya.
- Santrock (1996)
menggunakan istilah konsep diri mengacu pada
evaluasi bidang tertentu dari konsep diri.
- Atwater (1987)
menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan
gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang tentang diri, perasaan,
keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya.
Secara keseluruhan disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara seseorang
untuk melihat dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan
pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain.
B.
Komponen-komponen
Konsep Diri
Konsep diri terdiri dari Citra Tubuh
(Body Image), Ideal Diri (Self ideal), Harga Diri (Self esteem), Peran (Self
Rool) dan Identitas(self idencity).
a. Citra Tubuh (Body Image)
Body Image (citra tubuh) adalah sikap individu
terhadap dirinya baik disadari maupun tidak disadari meliputi persepsi masa
lalu atau sekarang mengenai ukuran dan dinamis karena secara konstan berubah seiring
dengan persepsi dan pengalaman-pengalaman baru.
Body image berkembang secara bertahap selama beberapa tahun dimulai sejak anak belajar mengenal tubuh dan struktur, fungsi, kemampuan dan keterbatasan mereka. Body image (citra tubuh) dapat berubah dalam beberapa jam, hari, minggu ataupun bulan tergantung pada stimuli eksterna dalam tubuh dan perubahan aktual dalam penampilan, stuktur dan fungsi (Potter & Perry, 2005).
Body image berkembang secara bertahap selama beberapa tahun dimulai sejak anak belajar mengenal tubuh dan struktur, fungsi, kemampuan dan keterbatasan mereka. Body image (citra tubuh) dapat berubah dalam beberapa jam, hari, minggu ataupun bulan tergantung pada stimuli eksterna dalam tubuh dan perubahan aktual dalam penampilan, stuktur dan fungsi (Potter & Perry, 2005).
b. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan norma-norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu individu mempertahankan kemampuan menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan mental.
Pembentukan ideal diri dimulai pada masa anak-anak dipengaruhi oleh orang yang dekat dengan dirinya yang memberikan harapan atau tuntunan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk dari dasar ideal diri. Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab.
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan norma-norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu individu mempertahankan kemampuan menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan mental.
Pembentukan ideal diri dimulai pada masa anak-anak dipengaruhi oleh orang yang dekat dengan dirinya yang memberikan harapan atau tuntunan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk dari dasar ideal diri. Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab.
c. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu : dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka yang menilai dirinya positif cenderung bahagia, sehat, berhasil dan dapat menyesuaikan diri, sebaliknya individu akan merasa dirinya negative, relatif tidak sehat, cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak dicintai atau tidak diterima di lingkungannya (Keliat BA, 2005).
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Harga diri akan sangat mengancam pada saat pubertas, karena pada saat ini harga diri mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya sendiri.
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu : dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka yang menilai dirinya positif cenderung bahagia, sehat, berhasil dan dapat menyesuaikan diri, sebaliknya individu akan merasa dirinya negative, relatif tidak sehat, cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak dicintai atau tidak diterima di lingkungannya (Keliat BA, 2005).
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Harga diri akan sangat mengancam pada saat pubertas, karena pada saat ini harga diri mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya sendiri.
d. Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosial. Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur kehidupannya. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosial. Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur kehidupannya. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.
e. Identitas
Diri
Identitas diri adalah kesadaran
tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari observasi dan penilaian
dirinya, menyadari bahwa individu dirinya berbeda dengan orang lain. Seseorang
yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda
dengan orang lain, dan tidak ada duanya. Identitas berkembang sejak masa
kanak-kanak, bersamaan dengan berkembangnya konsep diri. Dalam identitas diri
ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri, mampu
menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri.
C.
Macam-macam
Konsep Diri
Ada
dua macam konsep diri, yaitu :
- Konsep diri negatif : peka pada kritik, responsif sekali pada pujian, hiperkritis, cenderung merasa tidak disenangi orang lain, bersikap pesimitis pada kompetensi.
- Konsep diri positif : yakin akan kemampuan mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, sadar akan keinginan dan perilaku tidak selalu disetujui oleh orang lain, mampu memperbaiki diri.
Hal-hal yang
perlu dipahami tentang konsep diri adalah :
- Dipelajari melalui pengalaman dan interaksi individu dengan oranglain. b.Berkembang secara bertahap.
- Ditandai dengan kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan(positif).
- Negatif ditandai dengan hubungan individu dan sosial yang mal adaptif.
- Merupakan aspek kritikal yang mendasar dan pembentukan perilaku individu.
Hal-hal yang
penting dalam konsep diri adalah :
- Nama dan panggilan anak.
- Pandangan individu terhadap orang lain.
- Suasana keluarga yang harmonis.
- Penerimaan keluarga.
D. Dimensi - Dimensi Dalam Konsep Diri
Williams Fitts (dalam agustiani, 2006) membagi konsep
diri dalam dua dimensi pokok, yaitu sebagai berikut:
1. Dimensi Internal
Dimensi Internal atau yang disebut juga kerangka acuan
(internal frame of reference) adalah penilaian yang dilakukan individu yakni
penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di
dalam dirinya.
Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk:
a. Diri identitas (identity sett)
Bagian diri ini merupakan aspek yang paling mendasar
pada konsep diri dan mengacu pada pertanyaan, "Siapakah saya?"
Dalam pertanyaan tersebut tercakup label-label dan simbol-simbol yang diberikan
pada diri (self) oleh individu-individu yang bersangkutan untuk menggambarkan
dirinya dan membangun identitasnya, misalnya "Saya x".
Kemudian dengan bertambahnya usia dan interaksi dengan lingkungannya,
pengetahuan individu tentang dirinya juga bertambah, sehingga ia dapat
melengkapi keterangan tentang dirinya dengan halhal yang lebih kompleks,
seperti "Saya pintar tetapi terlalu gemuk " dan sebagainya.
b. Diri Pelaku (behavioral self)
Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang
tingkah lakunya, yang berisikan segala kesadaran mengenai apa yang dilakukan
oleh diri. Selain itu bagian ini berkaitan erat dengan diri identitas. Diri
yang adekuat akan menunjukkan adanya keserasian antara diri identitas dengan
diri pelakunya, sehingga ia dapat mengenali dan menerima, baik diri sebagai
identitas maupun diri sebagai pelaku. Kaitan dari keduanya dapat dilihat pada
diri sebagai penilai.
c. Diri Penerimaan/penilai (judging self)
Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu
standar, dan evaluator. Kedudukannya adalah sebagai perantara mediator) antara
diri identitas dan diri pelaku. Manusia cenderung memberikan penilaian terhadap
apa yang dipersepsikannya. Oleh karena itu, label-label yang dikenal pada
dirinya bukanlah semata-mata menggambarkan dirinya tetapi juga sarat dengan
nilai-nilai. Selanjutnya, penilaian ini lebih berperan dalam menentukan
tindakan yang akan ditampilkannya. Diri penilai menentukan kepuasan seseorang
akan dirinya atau seberapa jauh seseorang menerima dirinya. Kepuasan diri yang
rendah akan menimbulkan harga diri (self esteem) yang rendah pula dan akan
mengembangkan ketidakpercayaan yang mendasar pada dirinya.
Sebaliknya, bagi individu yang memiliki kepuasan
diri yang tinggi, kesadaran dirinya lebih realistis, sehingga lebih
memungkinkan individu yang bersangkutan untuk merupakan keadaan dirinya dan
memfokuskan energi serta perhatiannya ke luar diri, dan pada akhirnya dapat
berfungsi lebih konstruktif. Ketiga bagian internal ini mempunyai peranan yang
berbeda-beda, namun saling melengkapi dan berinteraksi membentuk suatu diri
yang utuh dan menyeluruh.
2. Dimensi Eksternal
Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya
melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta
halhal lain di luar dirinya. Dimensi ini merupakan suatu hal yang luas,
misalnya diri yang berkaitan dengan sekolah, organisasi, agama, dan sebagainya.
Namun, dimensi yang dikemukakan oleh Williams Fitts adalah dimensi eksternal
yang bersifat umum bagi semua orang, dan dibedakan atas lima bentuk,
yaitu:
a. Diri Fisik (physical self)
Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap
keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang
mengenai kesehatan dirinya, penampilan dirinya (cantik, jelek, menarik, tidak
menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, kurus).
b. Diri etik-moral (moral-ethical self)
Bagian ini merupakan perspsi seseorang terhadap
dirinya dilihat Dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Maka ini
menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan, kepuasan seseorang
akan kehidupan keagamaannya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang
muliputi batasan baik dan buruk.
c. Diri Pribadi (personal self)
Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi
seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi
fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauhmana
individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya
sebagai pribadi yang tepat.
d. Diri Keluarga (family self)
Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri
seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan
seberapa jauh seseorang merasa adekuat terhadap dirinya sebagai anggota
keluarga, Serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankannya sebagai anggota
dari suatu keluarga.
e. Diri Sosial (social self)
Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap
interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan di sekitarnya.
Pembentukan penilaian individu terhadap bagian-bagian dirinya dalam dimensi
eksternal ini dapat dipengaruhi oleh penilaian dan interaksinya dengan orang
lain. Seseorang tidak dapat begitu saja menilai bahwa ia memiliki fisik yang
baik tanpa adanya reaksi dari orang lain yang memperlihatkan bahwa secara fisik
ia memang menarik. Demikian Pula seseorang tidak dapat mengatakan bahwa dirinya
memiliki diri pribadi yang baik tanpa adanya tanggapan atau reaksi orang lain
di sekitarnya yang menunjukkan bahwa dirinya memang memiliki pribadi yang
baik.
E. Perkembangan Konsep Diri
Puspitasari (2007), mengatakan bahwa konsep diri merupakan sebuah proses yang berkelanjutan, proses menilai yang bersifat organismik, bukan lagi bersifat statis tetapi mampu untuk menyesuaikan kembali dan berkembang sebagai pengalaman-pengalaman baru yang terintegrasikan. Konsep diri berkembang sesuai dengan perkembangan diri jiwa seseorang, maupun dari pengalaman-pengalaman yang seseorang temukan.
Menurut Symonds (2008), mengatakan bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul pada saat kelahiran, tetapi mulai berkembang secara bertahap dengan munculnya kemampuan perseptif. Persepsi tentang diri yang ada pada remaja akan berkembang sesuai dengan tahapan.
Berdasarkan
pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri yang dimiliki
manusia tidak terbentuk secara instan, melainkan dengan proses belajar
sepanjang hidup manusia. Ketika individu lahir, individu tidak memiliki
pengetahuan tentang dirinya, tidak memiliki harapan yang ingin dicapainya serta
tidak memiliki penilaian terhadap dirinya. Konsep diri berasal dan berkembang
sejalan pertumbuhan, terutama akibat hubungan dengan individu lain.
Dalam berinteraksi, setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diberikan dijadikan cermin bagi individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Pada akhirnya individu mulai bisa mengetahui siapa dirinya, apa yang diinginkannya serta dapat melakukan penilaian terhadap dirinya.
Dalam berinteraksi, setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diberikan dijadikan cermin bagi individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Pada akhirnya individu mulai bisa mengetahui siapa dirinya, apa yang diinginkannya serta dapat melakukan penilaian terhadap dirinya.
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Konsep Diri
Rahmat (dalam Wijaya 2000) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah:
a. Orang
Lain
Tidak semua orang memiliki pengaruh yang sama pada
masing-masing diri individu, tetapi yang paling berpengaruh pada diri individu
tersebut adalah orang-orang terdekat seperti orang tua, saudara dan orang yang
tinggal satu rumah dengan individu yang bersangkutan karena memiliki hubungan
yang emosional.
b. Kelompok
Rujukan
Setiap kelompok memiliki norma-norma tertentu dimana
ada kelompok yang secara emosional mengikat individu dan berpengaruh terhadap
pembentukan konsep diri.
Menurut
Hurlock (dalam Wijaya 2000) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi konsep
diri adalah:
a. Usia Kematangan
Individu yang matang lebih awal yang
diperlakukan seperti orang yang hampir dewasa, mengembangkan konsep diri yang
menyenangkan. Individu yang matang terlambat yang diperlakukan seperti
anak-anak mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan.
b. Penampilan
Diri
Penampilan diri yang berbeda membuat individu
merasa rendah diri meskipun perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik.
Setiap cacat fisik merupakan hal yang memalukan yang mengakibatkan perasaan
rendah diri.sebaliknya daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang menyenangkan
tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan sosial.
c. Jenis Kelamin
justify;"> Jenis Kelamin dalam penampilan diri, minat
dan prilaku membantu individu mencapai konsep diri yang baik. Jika membuat
individu sadar diri dan hal ini memberi akibat buruk pada prilakunya.
d. Nama Dan Julukan
Individu merasa malu jika teman-teman
sekelompok menilai namanya buruk atau jika mereka memberikan julukan bernada
cemooh.
e. Hubungan Keluarga
Seseorang yang mempunyai hubungan yang
sangat erat dengan anggota keluarga mengidentifikasikan diri dengan orang lain
dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. Bila tokoh ini sesama jenis
individu akan tergolong untuk mengembangkan konsep diri yang layak untuk
dirinya.
f. Teman Sebaya
Teman sebaya mempengaruhi pola
kepribadian individu dalam 2 cara yang pertama, konsep diri individu merupakan
cerminan dari anggapan mengenai konsep teman tentang dirinya. Kedua, ia berada
dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh
kelompoknya.
g. Kreatifitas
Individu yang semasa kanak-kanak
didorong agar kreatifitas dalam melakukan tugas-tugas akademik, mengembangkan
perasaan individualitas dan identitas yang mempengaruhi konsep dirinya.
h. Cita-cita
Bila cita-cita yang tidak realistis, ia
akan mengalami kegagalan. Sedangkan individu yang memiliki cita-cita yang
realistis akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri yang lebih besar
untuk memberikan konsep diri yang baik.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi konsep diri adalah: keluarga dan lingkungan. Keluarga adalah orang
tua yang berpengaruh besar terhadap perkembangan konsep diri individu. Kemudian
lingkungan sangat berpengaruh, terutama bagi orang yang mempunyai arti khusus
bagi diri individu, orang lain, kelompok rujukan, usia kematangan, penampilan
diri, jenis kelamin, nama dan julukan, hubungan keluarga, teman sebaya,
kreatifitas, cita-cita.
G. Peran
Konsep dalam Perilaku Aktualisasi Diri
Roger (Coulhorn, 1990) mengatakan bahwa meskipun diri mempunyai tendensi inheren untuk mengaktualisasikan diri, namun sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan, khususnya oleh lingkungan sosial. Pengalaman pada masa kanak-kanak memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan individu tersebut untuk mengaktualisasikan diri. Sebagai bagian dari konsep diri, individu juga akan mengembangkan gambaran akan menjadi siapa atau mungkin ingin menjadi siapa dirinya nanti (diri ideal). Gambaran-gambaran itu dibentuk sebagai akibat dari bertambah kompleksnya interaksi-interaksi dengan orang lain. Dengan mengamati reaksi orang lain terhadap tingkah lakunya, individu secara ideal akan mengembangkan suatu pola kemungkinan adanya beberapa ketidakharmonisan antara diri yang sebagaimana adanya dengan diri ideal dapat diperkecil. Karena ketidaksesuaian antara gambaran diri yang sebenarnya dengan diri ideal akan menimbulkan ketidakpuasan dalam penyesuaian diri. Hal ini disebabkan sebagian besar penilaian tentang harga diri tergantung pada seberapa dekat seseorang dengan ideal self-nya. Semakin dekat diri yang sebenarnya dengan diri ideal, semakin tinggi pula harga diri seseorang.Harga diri merupakan evaluasi seseorang terhadap diri sendiri,yang menyatakan sikap menerima atau menolak, bahkan lebih jauh dikemukakan bahwa harga diri akan menunjukkan seberapa besar seseorang percaya bahwa dirinya mampu, berarti berhasil dan beharga. Harga diri ini akan menentukan penerimaan diri, menurut Jersild (Hurlock, 1974) adalah individu dapat menerima emosi-emosinya, memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mengatasi hidup, mau menerima tanggung jawab dan tantangan terhadap kemampuannya, tanpa menjangkau hal-hal yang tidak mungkin dan mempunyai penghargaan yang sehat terhadap hak-haknya dan diri sebagai orang yang berguna meskipun tidak sempurna. Penerimaan diri ini bukan berarti merasa puas terhadap diri sendiri, tetapi lebih cenderung kepada kemauan untuk menghadapi kenyataan-kenyataan dan kondisi-kondisi hidup, baik yang menyenangkan ataupun tidak, menurut kemampuannya.Dalam kaitannya dengan aktualisasi diri, Rogers (Coulhoun, 1990) mengatakan bahwa kunci dari aktualisasi diri adalah konsep diri. Orang yang positif berarti memiliki penerimaan diri dan harga diri yang positif. Mereka menganggap dirinya berharga dan cenderung menerima diri sendiri sebagaimana adanya. Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri negatif, menunjukkan penerimaan diri negatif pula. Mereka memiliki perasaan kurang berharga, yang menyebabkan perasaan benci atau penolakan terhadap diri sendiri.Johnson dan Medinnus (dalam Hurlock, 1974) mengatakan bahwa konsep diri yang positif yang nampak dalam bentuk penghargaan terhadap diri sendiri dan penerimaan diri
Roger (Coulhorn, 1990) mengatakan bahwa meskipun diri mempunyai tendensi inheren untuk mengaktualisasikan diri, namun sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan, khususnya oleh lingkungan sosial. Pengalaman pada masa kanak-kanak memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan individu tersebut untuk mengaktualisasikan diri. Sebagai bagian dari konsep diri, individu juga akan mengembangkan gambaran akan menjadi siapa atau mungkin ingin menjadi siapa dirinya nanti (diri ideal). Gambaran-gambaran itu dibentuk sebagai akibat dari bertambah kompleksnya interaksi-interaksi dengan orang lain. Dengan mengamati reaksi orang lain terhadap tingkah lakunya, individu secara ideal akan mengembangkan suatu pola kemungkinan adanya beberapa ketidakharmonisan antara diri yang sebagaimana adanya dengan diri ideal dapat diperkecil. Karena ketidaksesuaian antara gambaran diri yang sebenarnya dengan diri ideal akan menimbulkan ketidakpuasan dalam penyesuaian diri. Hal ini disebabkan sebagian besar penilaian tentang harga diri tergantung pada seberapa dekat seseorang dengan ideal self-nya. Semakin dekat diri yang sebenarnya dengan diri ideal, semakin tinggi pula harga diri seseorang.Harga diri merupakan evaluasi seseorang terhadap diri sendiri,yang menyatakan sikap menerima atau menolak, bahkan lebih jauh dikemukakan bahwa harga diri akan menunjukkan seberapa besar seseorang percaya bahwa dirinya mampu, berarti berhasil dan beharga. Harga diri ini akan menentukan penerimaan diri, menurut Jersild (Hurlock, 1974) adalah individu dapat menerima emosi-emosinya, memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mengatasi hidup, mau menerima tanggung jawab dan tantangan terhadap kemampuannya, tanpa menjangkau hal-hal yang tidak mungkin dan mempunyai penghargaan yang sehat terhadap hak-haknya dan diri sebagai orang yang berguna meskipun tidak sempurna. Penerimaan diri ini bukan berarti merasa puas terhadap diri sendiri, tetapi lebih cenderung kepada kemauan untuk menghadapi kenyataan-kenyataan dan kondisi-kondisi hidup, baik yang menyenangkan ataupun tidak, menurut kemampuannya.Dalam kaitannya dengan aktualisasi diri, Rogers (Coulhoun, 1990) mengatakan bahwa kunci dari aktualisasi diri adalah konsep diri. Orang yang positif berarti memiliki penerimaan diri dan harga diri yang positif. Mereka menganggap dirinya berharga dan cenderung menerima diri sendiri sebagaimana adanya. Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri negatif, menunjukkan penerimaan diri negatif pula. Mereka memiliki perasaan kurang berharga, yang menyebabkan perasaan benci atau penolakan terhadap diri sendiri.Johnson dan Medinnus (dalam Hurlock, 1974) mengatakan bahwa konsep diri yang positif yang nampak dalam bentuk penghargaan terhadap diri sendiri dan penerimaan diri
adalah
merupakan dasar perkembangan kepribadiaan yang sehat. Oleh
karena itu sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa kepribadian yang sehat
merupakan syarat dalam mencapai aktualisasi diri, maka hanya orang yang
memiliki konsep diri positif saja yang akan dapat mengaktualisasikan diri
sepenuhnya. Sedangkan orangorang
yang memiliki konsep
diri negatif cenderung
mengembangkan gangguan dalam penyesuaian
diri. Hal ini
disebabkan adanya
ketidakharmonisan (incongruence) antara
konsep diri dengan
kenyataan yang mengitari mereka
atau dengan kata
lain mereka tidak
dapat mengembangkan
kepribadian yang sehat.
Oleh karena itu
mereka tidak dapat
mengaktualisasika semua segi dari dirinya.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Sangatlah penting bagi seorang perawat untuk memahami konsep diri terlebih dahulu harus menanamkan dalam dirinya sendiri sebelum melayani klien, sebab keadaan yang dialami klien bisa saja mempengaruhi konsep dirinya, disinilah peran penting perawat selain memenuhi kebutuhan dasar fisiknya yaitu membantu klien untuk memulihkan kembali konsep dirinya.
Ada beberapa komponen konsep diri yaitu identitas diri yang merupakan
intenal idividual, citra diri sebagai pandangan atau presepsi, harga diri yang
menjadi suatu tujuan, ideal diri menjadi suatu harapan, dan peran atau posisi
di dalam masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Handry, M dan Heyes, S. 1989. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, Elizabeth B., Alih Bahasa : Med Meitasari T
dan Muslichah Z., 1990. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Sunaryo.
2004. Psikologi untuk Keperawatan. EGC : Jakarta
Susilawati
dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Jelle, HL dan Ziegler, JD. 1992. Personalities
Theories Third Edition. New York: McGraw Hill.
Markus
H dan Nurius P. 1986. Possible Serve American Psichologist.
Rogers,
C. R. 1980. A Way of Being. Boston: Hougton Mifflin.
Monks, F.J, Knoers, A. M. P, Haditono. 1998. S, Psikologi
Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajahmada
University Press.
Santrock
J. W. 1995. Life Span Development Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar