M A K A L A H
OOGENESIS
DAN
SPERMATOGENESIS
DAN
SPERMATOGENESIS
DOSEN PENGAMPU :
NONIK AYU WANTINI, S.ST,M. KES
NAMA KELOMPOK 8:
1. IS
MAYA :(15150060)
2. WULAN
MAULINA T.K :(15150048)
3. VIKTORIA
LIWUNG :(15150073)
PROGRAM STUDI D-3 KEBIDANAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
TA 2015/2016
Kata
Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke
hadirat atas Tuhan yang Maha Esa karena
atas limpahan Rahmat dan karunianya, sehingga tugas makalah “ Oogenesis dan Spermatogenesis“ ini dapat terselselaikan
dengan baik.
Penyusunan makalah “Oogenesis dan Spermatogenesis
“ ini sebagai salah satu syarat mengikuti atau menempuh mata kuliah Biologi
dasar dan Biologi perkembangan program studi D3 KEBIDANAN Universitas Respati
Yogyakarta.
Makalah “Oogenesis dan
Spermatogenesis “ ini terdiri dari
Pendahuluan, Pembahasan, Penutup, dan yang terakhir adalah Daftar Pustaka.
Akhirnya penyusun berharap semoga
makalah yang berjudul “ Oogenesis dan Spermatogenesis
“ ini bermanfaat bagi penyusun sendiri khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, November 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI :
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN :
1.1 Latar Beelakang...................................................................
1.2 Rumusan masalah...........................................................................
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
BAB I PENDAHULUAN :
1.1 Latar Beelakang...................................................................
1.2 Rumusan masalah...........................................................................
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Oogenesis
:
a. Pengertian Oogenesis............................................
b. Proses Terjadinya Oogenesis...........................................................
c. Hormon yang Berperan Dalam Proses Oogenesis.............................
a. Pengertian Oogenesis............................................
b. Proses Terjadinya Oogenesis...........................................................
c. Hormon yang Berperan Dalam Proses Oogenesis.............................
B. Spermatogenesis
:
a. Penegertian Spermatogenesis...........................................
a. Penegertian Spermatogenesis...........................................
b.
Proses Terjadinya Spermatogenesis....................................
c. Tahap-tahap Spermatogenesis.........................................................
d. Struktur Spermatogenesis.................................................................
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Spermatogenesis......................
f. Hormon yang Berperan dalam Proses Pembentukan Spermatogenesis........................
c. Tahap-tahap Spermatogenesis.........................................................
d. Struktur Spermatogenesis.................................................................
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Spermatogenesis......................
f. Hormon yang Berperan dalam Proses Pembentukan Spermatogenesis........................
C. BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan....................................................................
a. Kesimpulan....................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Reproduksi merupakan proses pembentukan individu baru
dari individu yang sudah ada dan merupakan ciri khas dari semua makhluk hidup.
Reproduksi bertujuan untuk mempertahankan kelestarian suatu spesies dari
kepunahan. Dalam upaya melestarikan kelangsungan hidupnya, setiap organisme
harus mampu memperbanyak diri sehingga setiap generasi mampu menghasilkan
generasi sebelumnya yang mati karena pemangsa, parasit atau karena telah
berumur tua. Proses reproduksi
berbeda dengan proses yang diperlukan untuk kelangsungan hidup sehari-hari
seperti: makan, pertukaran gas dan ekskresi, proses reproduksi tidak diperlukan
untuk kelangsungan hidup setiap organisme, tetapi tanpa reproduksi suatu
spesies akan punah. (Franz, 1990).
Seiring dengan tuntutan perkembangan zaman dapat kita
ketahui bahwa kelangsungan hidup individu, sebagian ditujukan untuk memenuhi
kemampuan reproduksi yang mutlak bagi kelestarian suatu spesies.
Salah satu cirri tersebut adalah berkembang biak atau
reproduksi merupakan kenyataan bahwa tak ada satu pun makhluk hidup yang hidup
terus menerus tanpa batas. Semua akan mengalami kematian, namun tak satu pun
organisme yang tidak ingin eksis, semua ingin hidup, semua berjuang untuk tetap
lestari. Semua makhluk hidup mempunyai keturunan untuk melestarikan
sifat-sifatnya dan meneruskan eksistensinya sehingga makhluk hidup bertujuan
bereproduksi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian Oogenesis dan Spermatogenesis?
2. Bagaimana
proses terjadinya Oogenesis dan Spermatogenesis?
3. Hormon
apa saja yang berperan dalam proses Oogenesis dan Spermatogenesis ?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mngetahui apa pengertian Oogenesis dan Spermatogenesis
2. Untuk
mengetahui bagaimana proses terjadinya Oogenesis dan Spermatogenesis
3. Untuk
mengetahui hormon apa saja yang berperan dalam proses Oogenesis dan
Spermatogenesis
BAB II
PEMBAHASAN
A. OOGENESIS
a.
Pengertian
oogenesis
Oogenesis
merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Tidak seperti
spermatogenesis yang dapat menghasilkan jutaan sperma dalam waktu yang
bersamaan, oogenesis hanya mampu menghasilkan satu ovum matang sekali waktu.
Oogenesis dimulai dengan pembentukkan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia.
Terjadi dalam organ reproduksi betina yaitu ovarium.
Mekanisme
oogenesis sangat berbeda dengan spermatogenesis, walaupun memiliki persamaan
dalam proses meiosis. Diantara kelahiran dan masa pubertas, sel-sel telur dalam
hal ini oosit membesar dan folikel disekitarnya tumbuh. Selanjutnya oosit
primer mereplikasi DNA dan memasuki profase meiosis I dan tidak berkembang
lebih lanjut jika tidak diaktifkan oleh hormon FSH (Follicle stimulating
hormone).
Gambar Oogenesis 1.1
Seperti
halnya pada spermatogenesis, oogenesis pun memiliki tahap, diantaranya:
1.
Proliferasi (perbanyakan)
Tahap
perbanyakan belangsung secara berulang-ulang. Gametogonium membelah menjadi 2,
2 menjadi 4, 4 menjadi 8 dan seterusnya. Sel benih primordial berdiferensiasi
menjadi oogonium, lalu mengalami proliferasi untuk membentuk oosit primer, siap
memasuki periode tumbuh. Padamamalia masa proliferasi terjadi dalam kandungan
induk.
2.
Pertumbuhan
Pada
pertumbuhan, oogonium akan tumbuh membesar menjadi oogonium I. Pertumbuhan
sangat memegang peranan penting, karena sebagian besar dari substansi telur
digunakan dalam perkembangan selanjutnya. Diferensiasi juga terdapat pada periode
tumbuh.
3.
Pematangan
Pada proses
ini terdapat 2 kali pembelahan meiosis. Setelah terjadi fase pertumbuhan,
oogonium I mengalami tahap pematangan, yang berlangsung secara meiosis. Akhir
meiosis I terbentuk oogonium II dan akhir meiosis II terbentuk ootid.
4.
Perubahan bentuk
Ootid dalam
fase terkhir akan mengalami perubahan bentuk (transformasi)menjadi gamet. Pada
mamalia, selesai meiosis I pada betina, terbentuk oosit II dan satu polosit.
Polosit jauh lebih kecil dari oosit, karena sitoplasma sedikit sekali. Akhir
dari meiosis II akan terbentuk satu ootid dan satu polosit II. Sementara itu
polosit I membelah pula menjadi dua, tapi jarang terjadi karena berdegenerasi
lebih awal. Tiga polosit tersebut akan berdegenerasi lalu diserap kembali oleh
tubuh. Jadi pada betina oosit tumbuh menjadi 1 ovum.
b. Proses terjadinya oogenesis
Oogenesis merupakan proses
pembentukan ovum di dalam ovarium. Di dalam ovarium terdapat oogonium (oogonia
= jamak) atau sel indung telur. Oogonium
bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom. Oogonium akan
memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer. Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih di
dalam kandungan, yaitu pada saat bayi berumur 5 bulan dalam kandungan. Pada
saat bayi perempuan berumur 6 bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis. Namun meiosis tahap pertama pada oosit primer ini tidak
dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh menjadi anak perempuan yang mengalami
pubertas. Oosit primer tersebut adalam keadaan istirahat (dorman).
Pada saat bayi perempuan lahir, di
dalam setiap ovariumnya mengandung sekitar satu juta oosir primer. Saat
mencapai pubertas, anak perempuan hanya memiliki sekitar 200 ribu oosit primer
saja. Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya.
Saat
memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang
menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit yang
mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel
oosit pertama merupakan oosit yang berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang
berukuran lebih kecil disebut badan
polar pertama (polosit primer).
Selanjutnya, oosit sekunder melanjutkan tahap meiosis II (meiosis kedua).
Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap
akhir, melainkan berhenti sampai terjadinya ovulasi. Jika tidak terjadi
fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi dan luruh bersama dinding
rahim, dimana kejadian ini disebut dengan menstruasi. Namun jika ada sperma
yang masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali.
Akhirnya meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang
disebut ootid dan satu sel yang kecil
disebut badan polar kedua (polosit
sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar.
Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan berkembang menjadi ovum
dari oogenesis setiap satu oogonium.
Oosit dalam
oogonium berada dalam suatu folikel telur. Folikel telur atau disingkat folikel
merupakan sel pembungkus penuh cairan yang mengelilingi ovum. Folikel berfungsi
menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan seiring
dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hinggan terjadi ovulasi.
Folikel primer muncul pertama kali untuk menyelubingi oosit primer. Selama
tahap meiosis I pada oosit primer, folikel
primer berkembang menjadi folikel
sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder folikel sekunder berkembang
menjadi folikel tersier. Pada masa
ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel matang). Setelah oosit sekunder lepas
dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus
luteum. Jika tidak terjadi fertilisasi, maka korpus luteum akan mengkerut
menjadi korpus albikan.
c.
Hormon yang
berperan dalam oogenesis
Pada wanita usia reproduksi terjadi siklus menstruasi
oleh aktifnya aksis hipothalamus-hipofisis-ovarium. Hipothalamus menghasilkan
hormon GnRH (gonadotropin releasing hormone) yang menstimulasi hipofisis
mensekresi hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (lutinuezing
hormone). FSH dan LH menyebabkan serangkaian proses di ovarium sehingga terjadi
sekresi hormon estrogen dan progesteron. LH merangsang korpus luteum
untuk menghasilkan hormon progesteron dan meransang ovulasi. Pada masa
pubertas, progesteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder. FSH merangsang
ovulasi dan meransang folikel untuk membentuk estrogen, memacu perkembangan
folikel. Hormon prolaktin merangsang produksi susu.
Mekanisme umpan balik positif dan negatif aksis
hipothalamus hipofisis ovarium. Tingginya kadar FSH dan LH akan menghambat
sekresi hormon GnRH oleh hipothalamus. Sedangkan peningkatan kadar estrogen dan
progesteron dapat menstimulasi (positif feedback, pada fase folikuler) maupun
menghambat (inhibitory/negatif feedback, pada saat fase luteal) sekresi FSH dan
LH di hipofisis atau GnRH di hipothalamus.
Berikut ini rincian hormon yang
berperan dalam oogenesis:
1.
Hormon FSH (follicle stimulating hormone)
Berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan sel-sel folikel
2.
Hormon LH (leutinizing hormone)
Berfungsi merangsang terjadinya
ovulasi
3.
Hormon Esterogen
Berfungsi menimbulkan sifat kelamin
sekunder
4.
Hormon Progesteron
Berfungsi untuk menebalkan dinding
endometrium
B. SPERMATOGENESIS
a. Pengertian Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses
pembentukan dan pemasakan spermatozoa. Spermatogenesis terjadi di tubulus
seminiferus. Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke
sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang
berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus
seminiferus dan diatur oleh hormone gonadtotropin dan testosterone.
Spermatogenesis terjadi di testis.
Didalam testis terdapat tublus seminiferus. Dinding tubulus seminiferus terdiri
dari jaringan epitel dan jaringan ikat, pada jaringan epithelium terdapat sel –
sel spermatogonia dan sel sertoli yang berfungsi member nutrisi pada spermatozoa.
Selain itu pada tubulus seminiferus terdapat pula sel leydig yang
mengsekresikan hormone testosterone yang berperan pada proses spermatogenesis.
Spermatogenesis mencakup pematangan
sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang
bertujuan untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus
seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus
tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium
benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus
seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis
umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari
sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium
= tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel
epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk
memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui
tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tubulus seminiferus terdapat
sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel Sertoli, dan sel
Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa
sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus
seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.
Gambar
Spermatogenesis 1.2
b. Proses Spermatogenesis
Proses
pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis.
Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup
pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel,
yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di
tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis. Dinding tubulus
seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal
(jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis.
Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis
(lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis.
Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel
benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal).
Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus
seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri,
sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan
tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tubulus
seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel
Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa
sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus
berfungsi menghasilkan testosteron.
Proses
pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan
kelenjar hipofisis yaitu:
- LH (Luteinizing Hormone) merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
- FSH (Folicle Stimulating Hormone) merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2 hari.
Proses
Spermatogenesis :
Tahap
pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
1.
Spermatocytogenesis
Merupakan
spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit
primer.
Spermatogonia
merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan
cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan
berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatogonia yang bersifat
diploid (2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran
epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A
membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa
kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih
bersifat diploid
Spermatosit
primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis.
Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
2.
Tahapan Meiois
Spermatosit
primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera
mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n kromosom
(haploid). Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk
empat buah spermatid yang haploid juga.
Sitokenesis
pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah,
tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan
dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan
Spermiogenesis
Merupakan
transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu
fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa
empat spermatozoa (sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali,
spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid
mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala
dan ekor.
Bila
spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen Binding Protein
Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon
inhibin untuk memberi umpan balik kepada hipofisis agar menghentikan
sekresi FSH dan LH.
Spermatozoa
akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang dihasilkan oleh
kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper. Spermatozoa
bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air
mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 – 400 juta
sel spermatozoa.
c. Tahap-tahap Spermatogenesis
Pada testis, spermatogenesis terjadi di tubulus
seminiferus. Berikut adalah skema tahapan spermatogenesis :
Penjelasan skema tahap spermatogenesis :
·
Pada dinding
tubulus seminiferus telah ada calon sperma (spermatogonium/spermatogonia) yang
berjumlah ribuan.
·
Setiap
spermatogonia melakukan pembelahan mitosis kemudian mengakhiri sel somatisnya
membentuk spermatosit primer yang siap miosis.
·
Spermatosit
primer (2n) melakukan pembelahan meiosis pertama membentuk 2
spermatosit sekunder (n)
spermatosit sekunder (n)
·
Tiap
spermatosit sekunder melakukan pembelahan meiosis kedua, menghasilkan 2
spermatid yang bersifat haploid. (n)
·
Keempat
spermatid ini berkembang menjadi sperma matang yang bersifat haploid yang semua
fungsional , yang berbeda dengan oogenesis yang hanya 1 yang fungsional.
·
Sperma yang
matang akan menuju epididimis , kemudian ke vas deferens- vesicula seminalis - urethra
dan berakhir dengan ejakulasi.
d.
Struktur Sperma Matang
Struktur sperma matang terdiri dari:
Ø kepala
Pada bagian ini sperma mengandung
suau lapisan tipis sitoplasma dan sebuah inti berbentuk lonjong dan dan hampi
mengisi seluruh bagian dari kepala sperma. Bagian depan disebut acrosom(
memiliki enzim hydrolytic yang terdiri dariacrosin dan hyaluronidase yang
dibutuhkan saat fertilisasi ) dan bagian belakang dinamakan sentriol.
Serta bagian ini juga mempuyai inti sel yang mempuyai arati pentin dalam masalah
reproduksi
Ø Leher
Daerah ini merupakan bagian yang
genting dan mengndung sentriol depan dan bagian depan filament
poros.
Ø Badan
Bagian badan dari sperma mengandung
filament poros mitochondria dan sentriol belakang berbentuk cincin, sehingga
sering disebut bagian badan ini sebagai tenaga pusat sperma karena mitokondria
memiliki enzim yang menggerakkan asam trikakboksilat dan transport electron
serta fosfolirasi oksidatif, yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP.
Ø Ekor
Ekor sperma memeiliki 2 bagian : bagian
utama dan bagian ujung. Ekor ini mengandung banyak sekali filament poros
/ flagellum tetapi sedikit mengandung sitoplasma.terdapat 2
sentriol terletak di bagian tengah dari. Fibril-fibril yang seperti cilia
tersebar dalam ekor dan dikelilingi oleh cincin yang terdiri dari 9 pasangan
fibril perifer. Fibril ini berfungsi menimbulkan gerakan ekor sperma.
Berikut adalah penjelasan mengenai
jalur sperma yang telah matang : Dari testis kiri dan kanan, sperma bergerak ke
dalam epididimis (suatu saluran berbentuk gulungan yang terletak di puncak
testis menuju ke testis belakang bagian bawah) dan disimpan di dalam epididimis
sampai saat terjadinya ejakulasi .Jadi epididimis ini agar sperma menjadi
matang / mature sehingga siap bergerak ke vas deferens .Dari epididimis, sperma
bergerak ke vas deferens dan duktus ejakulatorius. Di dalam duktus
ejakulatorius, cairan yang dihasilkan oleh vesikula seminalis , kelenjar
prostata dan bulbo uretra ditambahkan pada sperma sehinngga sperma dinamai
dengan semen ( benih), yang kemudian mengalir menuju ke uretra dan dikeluarkan
ketika ejakulasi.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Spermatogenesis
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi spermatogenesis sehingga bisa terjadi kemandulan:
1.
Peningkatan
suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan atau akibat panas yang berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya
jumlah sperma, berkurangnya pergerakan sperma dan meningkatkan jumlah sperma
yang abnormal di dalam semen.Pembentukan sperma yang paling efsisien adalah
pada suhu 33,5° (lebih rendah dari suhu tubuh). Testis bisa tetap berada pada
suhu tersebut karena terletak di dalam skrotum (kantung zakar) yang berada
diluar rongga tubuh.
2.
Faktor lain
yang mempengaruhi jumlah sperma adalah pemakaian marijuana atau obat-obatan
(misalnya simetidin, spironolakton dan nitrofurantoin).
3.
Penyakit
serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya vas deferens (kiri dan
kanan) bisa menyebabkan azospermia (tidak terbentuk sperma sama sekali.
4. Varikokel
merupakan kelainan anatomis yang paling sering ditemukan pada kemandulan pria.
Varikokel adalah varises (pelebaran vena) di dalam skrotum.Varikokel bisa
menghalangi pengaliran darah dari testis dan mengurangi laju pembentukan
sperma.
f. Hormon yang Berperan dalam
Proses Pembentukan Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa
dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis
yaitu:
·
LH
(Luteinizing Hormone)
LH (Luteinizing Hormone) merupakan hormon yang
merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa
pubertas, androgen / testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
·
FSH (Folicle
Stimulating Hormone)
FSH (Folicle Stimulating Hormone) merupakan hormon
merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang
akan memacu spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan
spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi
di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2 hari.
·
Hormon
Testosteron
Hormon testosteron (androgen) merupakan
hormon yang dihasilkan oleh testis Hormon ini berfungsi merangsang perkembangan
organ Seks primer pada saat embrio dan mendorong spermatogenesis.
Selain itu, mempengaruhi perkembangan alat reproduksi danciri kelamin sekunder,
seperti tumbuh bulu dan kumis, dan dada menjadi bidang.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Ø
OOGENESIS
Ø Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum)
di dalam ovarium. Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang
disebut oogonia (tunggal: oogonium). Pembentukan sel telur pada manusia dimulai
sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari fetus perempuan. Pada akhir
bulan ketiga usia fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah selesai
dibentuk dan siap memasuki tahap pembelahan. Semula oogonia membelah
secara mitosis menghasilkan oosit primer. Pada perkembangan fetus selanjutnya,
semua oosit primer membelah secara miosis, tetapi hanya sampai fase profase.
Pembelahan miosis tersebut berhenti hingga bayi perempuan dilahirkan,
ovariumnya mampu menghasilkan sekitar 2 juta oosit primer mengalami kematian
setiap hari sampai masa pubertas. Memasuki masa pubertas, oosit
melanjutkan pembelahan miosis I. hasil pembelahan tersebut berupa dua sel
haploid, satu sel yang besar disebut oosit sekunder dan satu sel berukuran
lebih kecil disebut badan kutub primer.
Ø Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan
mengalami pembelahan miosis II. Pada saat itu, oosit sekunder akan
membelah menjadi dua sel, yaitu satu sel berukuran normal disebut ootid dan
satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan polar sekunder. Badan kutub
tersebut bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari
pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder.
Ootid mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan ketiga
badan kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pada oogenesis hanya menghasilkan satu ovum.
Ø Berikut ini rincian hormon yang
berperan dalam oogenesis:
5. Hormon FSH (follicle stimulating hormone)
Berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan sel-sel folikel
6. Hormon LH (leutinizing hormone)
Berfungsi merangsang terjadinya
ovulasi
7. Hormon Esterogen
Berfungsi menimbulkan sifat kelamin
sekunder
8. Hormon Progesteron
Berfungsi untuk menebalkan dinding
endometrium
Ø
SPERMATOGENESIS
1.
Spermatogenesis adalah
Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa. Spermatogenesis terjadi di
tubulus seminiferus.
2.
Spermatogenesis
mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi
sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional.
3.
Tahap
pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
a.
Spermatocytogenesis
b.
Tahapan Meiois
c.
Tahapan Spermiogenesis
4.
Tahap –
tahap spermatogenesis.
a.
Pada dinding
tubulus seminiferus telah ada calon sperma (spermatogonium/spermatogonia) yang
berjumlah ribuan.
b.
Setiap
spermatogonia melakukan pembelahan mitosis kemudian mengakhiri sel somatisnya
membentuk spermatosit primer yang siap miosis.
c.
Spermatosit
primer (2n) melakukan pembelahan meiosis pertama membentuk 2 spermatosit
sekunder (n)
d.
Tiap
spermatosit sekunder melakukan pembelahan meiosis kedua, menghasilkan 2
spermatid yang bersifat haploid. (n)
e.
Keempat spermatid
ini berkembang menjadi sperma matang yang bersifat haploid yang semua
fungsional , yang berbeda dengan oogenesis yang hanya 1 yang fungsional.
5.
Struktur
sperma matang terdiri dari : kepala , leher , badan, dan ekor
6.
Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi spermatogenesis sehingga bisa terjadi kemandulan:
a.
Peningkatan
suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan atau akibat panas yang
berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sperma, berkurangnya pergerakan
sperma dan meningkatkan jumlah sperma yang abnormal di dalam semen.
b.
Pemakaian
marijuana atau obat-obatan (misalnya simetidin, spironolakton dan
nitrofurantoin).
c.
Penyakit
serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya vas deferens (kiri dan
kanan) bisa menyebabkan azospermia (tidak terbentuk sperma sama sekali.
d.
Varikokel
adalah varises (pelebaran vena) di dalam skrotum.Varikokel bisa menghalangi
pengaliran darah dari testis dan mengurangi laju pembentukan sperma.
7.
Proses
pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan
kelenjar hipofisis yaitu:
a.
LH
(Luteinizing Hormone)
b.
FSH (Folicle
Stimulating Hormone)
c.
Hormon
Testosteron.
8.
Kecacatan
pada spermatogenesis
·
Nondisjunction
·
Sperma
berkepala dua
·
Sperma tanpa
akrosom
·
Oligospermia
·
Azoospermia
9. Ejakulasi
(ejaculation) adalah proses pengeluaran air mani (biasanya membawa sperma)
dari
saluran reproduksi pria dan biasanya disertai dengan orgasme. Ini biasanya
(secara
alamiah)
merupakan tahapan akhir atau puncak rangsangan seksual, dan merupakan
sebuah
komponen penting dari konsepsi alam. Pada kasus yang jarang, ejakulasi terjadi
karena
penyakit prostat. Ejakulasi juga terjadi secara spontan selama tidur (“mimpi
basah”).
Anejaculation adalah kondisi tidak bisa ejakulasi.
10. Ada banyak
faktor penyebab yang memicu sperma pria menjadi encer, diantaranya:
a.
Faktor
Suhu
b.
Sering
melakukan masturbasi atau onani secara berlebihan
c.
Suka
Mengenakan celana jeans atau celana dalam yang ketat
d.
Mengalami
gangguan hormon seperti hormon testosteron dan kurangnya hormon FSH (Folicel
Stimulating Hormone ) dan berlebihnya hormon prola ktin
e.
Faktor
psikologis
f.
Kurangnya
konsumsi nutrisi dan segala jenis vitamin yang banyak mengandung
g.
Keadaan
lingkungan
h.
Keadaan
lingkunganGaya hidup yang tidak sehat dan kebiasaan buruk atau berlebihan
i.
Riwayat
penyakit
j.
Faktor usia
DAFTAR PUSTAKA
Ø
OOGENESIS
digilib.unimed.ac.id/.../UNIMED-Undergraduate-23057-BAB%20II.pdf
Ø SPERMATOGENESIS
lib.ui.ac.id/file?file=digital/123859-S09119fk...Literatur.pdf
https://ml.scribd.com/doc/132939773/BAB-II-Spermatogenesis
https://ml.scribd.com/doc/132939773/BAB-II-Spermatogenesis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar