Senin, 06 Juni 2016

MAKALAH OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS





M A K A L A H
OOGENESIS
DAN
SPERMATOGENESIS
DOSEN PENGAMPU :
NONIK AYU WANTINI, S.ST,M. KES
                                        logo-unriyo-warna.jpg
   NAMA KELOMPOK 8:
1.      IS MAYA :(15150060)
2.      WULAN MAULINA T.K :(15150048)
3.      VIKTORIA LIWUNG :(15150073)


PROGRAM STUDI D-3 KEBIDANAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
TA 2015/2016


Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat  atas Tuhan yang Maha Esa karena atas limpahan Rahmat dan karunianya, sehingga tugas makalah  “ Oogenesis dan Spermatogenesis“ ini dapat terselselaikan dengan baik.
Penyusunan makalah “Oogenesis dan Spermatogenesis “ ini sebagai salah satu syarat mengikuti atau menempuh mata kuliah Biologi dasar dan Biologi perkembangan program studi D3 KEBIDANAN Universitas Respati Yogyakarta.
Makalah “Oogenesis dan Spermatogenesis “ ini terdiri dari  Pendahuluan, Pembahasan, Penutup, dan yang terakhir adalah  Daftar Pustaka.
Akhirnya penyusun berharap semoga makalah  yang berjudul “ Oogenesis dan Spermatogenesis “ ini bermanfaat bagi penyusun sendiri khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.



Yogyakarta, November 2015


Penyusun
























DAFTAR ISI :
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN :
 1.1 Latar Beelakang...................................................................
 1.2 Rumusan masalah...........................................................................
 1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.    Oogenesis :
a. Pengertian Oogenesis............................................
b. Proses Terjadinya Oogenesis...........................................................
c. Hormon yang Berperan Dalam Proses Oogenesis.............................
B.     Spermatogenesis :
a. Penegertian Spermatogenesis...........................................
b. Proses Terjadinya Spermatogenesis....................................
c. Tahap-tahap Spermatogenesis.........................................................
d. Struktur Spermatogenesis.................................................................
e.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Spermatogenesis......................
f. Hormon yang Berperan dalam Proses Pembentukan Spermatogenesis........................
C. BAB III PENUTUP
      a. Kesimpulan....................................................................

 DAFTAR PUSTAKA

















BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Reproduksi merupakan proses pembentukan individu baru dari individu yang sudah ada dan merupakan ciri khas dari semua makhluk hidup. Reproduksi bertujuan untuk mempertahankan kelestarian suatu spesies dari kepunahan. Dalam upaya melestarikan kelangsungan hidupnya, setiap organisme harus mampu memperbanyak diri sehingga setiap generasi mampu menghasilkan generasi sebelumnya yang mati karena pemangsa, parasit atau karena telah berumur tua. Proses reproduksi berbeda dengan proses yang diperlukan untuk kelangsungan hidup sehari-hari seperti: makan, pertukaran gas dan ekskresi, proses reproduksi tidak diperlukan untuk kelangsungan hidup setiap organisme, tetapi tanpa reproduksi suatu spesies akan punah. (Franz, 1990).
Seiring dengan tuntutan perkembangan zaman dapat kita ketahui bahwa kelangsungan hidup individu, sebagian ditujukan untuk memenuhi kemampuan reproduksi yang mutlak bagi kelestarian suatu spesies.
Salah satu cirri tersebut adalah berkembang biak atau reproduksi merupakan kenyataan bahwa tak ada satu pun makhluk hidup yang hidup terus menerus tanpa batas. Semua akan mengalami kematian, namun tak satu pun organisme yang tidak ingin eksis, semua ingin hidup, semua berjuang untuk tetap lestari. Semua makhluk hidup mempunyai keturunan untuk melestarikan sifat-sifatnya dan meneruskan eksistensinya sehingga makhluk hidup bertujuan bereproduksi.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Oogenesis dan Spermatogenesis?
2.      Bagaimana proses terjadinya Oogenesis dan Spermatogenesis?
3.      Hormon apa saja yang berperan dalam proses Oogenesis dan Spermatogenesis ?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mngetahui apa pengertian Oogenesis dan Spermatogenesis
2.      Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya Oogenesis dan Spermatogenesis
3.     Untuk mengetahui hormon apa saja yang berperan dalam proses Oogenesis dan Spermatogenesis
BAB II
PEMBAHASAN

A.  OOGENESIS

a.      Pengertian oogenesis

Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Tidak seperti spermatogenesis yang dapat menghasilkan jutaan sperma dalam waktu yang bersamaan, oogenesis hanya mampu menghasilkan satu ovum matang sekali waktu. Oogenesis dimulai dengan pembentukkan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia. Terjadi dalam organ reproduksi betina yaitu ovarium.
Mekanisme oogenesis sangat berbeda dengan spermatogenesis, walaupun memiliki persamaan dalam proses meiosis. Diantara kelahiran dan masa pubertas, sel-sel telur dalam hal ini oosit membesar dan folikel disekitarnya tumbuh. Selanjutnya oosit primer mereplikasi DNA dan memasuki profase meiosis I dan tidak berkembang lebih lanjut jika tidak diaktifkan oleh hormon FSH (Follicle stimulating hormone).
                       index.jpg
                                         Gambar Oogenesis 1.1



            Seperti halnya pada spermatogenesis, oogenesis pun memiliki tahap, diantaranya:
1.    Proliferasi (perbanyakan)
Tahap perbanyakan belangsung secara berulang-ulang. Gametogonium membelah menjadi 2, 2 menjadi 4, 4 menjadi 8 dan seterusnya. Sel benih primordial berdiferensiasi menjadi oogonium, lalu mengalami proliferasi untuk membentuk oosit primer, siap memasuki periode tumbuh. Padamamalia masa proliferasi terjadi dalam kandungan induk.
2.    Pertumbuhan
Pada pertumbuhan, oogonium akan tumbuh membesar menjadi oogonium I. Pertumbuhan sangat memegang peranan penting, karena sebagian besar dari substansi telur digunakan dalam perkembangan selanjutnya. Diferensiasi juga terdapat pada periode tumbuh.
3.    Pematangan
Pada proses ini terdapat 2 kali pembelahan meiosis. Setelah terjadi fase pertumbuhan, oogonium I mengalami tahap pematangan, yang berlangsung secara meiosis. Akhir meiosis I terbentuk oogonium II dan akhir meiosis II terbentuk ootid.
4.    Perubahan bentuk
Ootid dalam fase terkhir akan mengalami perubahan bentuk (transformasi)menjadi gamet. Pada mamalia, selesai meiosis I pada betina, terbentuk oosit II dan satu polosit. Polosit jauh lebih kecil dari oosit, karena sitoplasma sedikit sekali. Akhir dari meiosis II akan terbentuk satu ootid dan satu polosit II. Sementara itu polosit I membelah pula menjadi dua, tapi jarang terjadi karena berdegenerasi lebih awal. Tiga polosit tersebut akan berdegenerasi lalu diserap kembali oleh tubuh. Jadi pada betina oosit tumbuh menjadi 1 ovum.

b.       Proses terjadinya oogenesis

            Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di dalam ovarium terdapat oogonium (oogonia = jamak) atau sel indung telur. Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom. Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer. Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih di dalam kandungan, yaitu pada saat bayi berumur 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis. Namun meiosis tahap pertama pada oosit primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh menjadi anak perempuan yang mengalami pubertas. Oosit primer tersebut adalam keadaan istirahat (dorman).
            Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung sekitar satu juta oosir primer. Saat mencapai pubertas, anak perempuan hanya memiliki sekitar 200 ribu oosit primer saja. Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya.
Saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit yang mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama merupakan oosit yang berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil disebut badan polar pertama (polosit primer).
            Selanjutnya, oosit sekunder melanjutkan tahap meiosis II (meiosis kedua). Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadinya ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi dan luruh bersama dinding rahim, dimana kejadian ini disebut dengan menstruasi. Namun jika ada sperma yang masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali. Akhirnya meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel yang kecil disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar. Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan berkembang menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.
Oosit dalam oogonium berada dalam suatu folikel telur. Folikel telur atau disingkat folikel merupakan sel pembungkus penuh cairan yang mengelilingi ovum. Folikel berfungsi menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hinggan terjadi ovulasi. Folikel primer muncul pertama kali untuk menyelubingi oosit primer. Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder folikel sekunder berkembang menjadi folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel matang). Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus luteum. Jika tidak terjadi fertilisasi, maka korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan.





                           
c.       Hormon yang berperan dalam oogenesis

Pada wanita usia reproduksi terjadi siklus menstruasi oleh aktifnya aksis hipothalamus-hipofisis-ovarium. Hipothalamus menghasilkan hormon GnRH (gonadotropin releasing hormone) yang menstimulasi hipofisis mensekresi hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (lutinuezing hormone). FSH dan LH menyebabkan serangkaian proses di ovarium sehingga terjadi sekresi hormon estrogen dan progesteron. LH merangsang  korpus luteum untuk menghasilkan hormon progesteron dan meransang ovulasi. Pada masa pubertas, progesteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder. FSH merangsang ovulasi dan meransang folikel untuk membentuk estrogen, memacu perkembangan folikel. Hormon prolaktin merangsang produksi susu.
Mekanisme umpan balik positif dan negatif aksis hipothalamus hipofisis ovarium. Tingginya kadar FSH dan LH akan menghambat sekresi hormon GnRH oleh hipothalamus. Sedangkan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dapat menstimulasi (positif feedback, pada fase folikuler) maupun menghambat (inhibitory/negatif feedback, pada saat fase luteal) sekresi FSH dan LH di hipofisis atau GnRH di hipothalamus. 
Berikut ini rincian hormon yang berperan dalam oogenesis:
1.    Hormon FSH (follicle stimulating hormone)
Berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel
2.    Hormon LH (leutinizing hormone)
Berfungsi merangsang terjadinya ovulasi
3.    Hormon Esterogen
Berfungsi menimbulkan sifat kelamin sekunder
4.    Hormon Progesteron
Berfungsi untuk menebalkan dinding endometrium









B.  SPERMATOGENESIS

a.      Pengertian Spermatogenesis

Spermatogenesis adalah proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa. Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh hormone gonadtotropin dan testosterone.
Spermatogenesis terjadi di testis. Didalam testis terdapat tublus seminiferus. Dinding tubulus seminiferus terdiri dari jaringan epitel dan jaringan ikat, pada jaringan epithelium terdapat sel – sel spermatogonia dan sel sertoli yang berfungsi member nutrisi pada spermatozoa. Selain itu pada tubulus seminiferus terdapat pula sel leydig yang mengsekresikan hormone testosterone yang berperan pada proses spermatogenesis.
Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.





                    spermatogenesis.jpg
                                    Gambar Spermatogenesis 1.2


b.      Proses Spermatogenesis

            Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis. Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu:
  • LH (Luteinizing Hormone) merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
  • FSH (Folicle Stimulating Hormone) merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2 hari.
Proses Spermatogenesis :
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
1.  Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit primer.
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
2.  Tahapan Meiois
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n kromosom (haploid). Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk empat buah spermatid yang haploid juga.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa (sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.

Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen Binding Protein Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik kepada hipofisis agar menghentikan sekresi FSH dan LH.
Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper. Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 – 400 juta sel spermatozoa.

c.       Tahap-tahap Spermatogenesis

Pada testis, spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Berikut adalah skema tahapan spermatogenesis :
Penjelasan skema tahap spermatogenesis :
·         Pada dinding tubulus seminiferus telah ada calon sperma (spermatogonium/spermatogonia) yang berjumlah ribuan.
·         Setiap spermatogonia melakukan pembelahan mitosis kemudian mengakhiri sel somatisnya membentuk spermatosit primer yang siap miosis.
·         Spermatosit primer (2n) melakukan pembelahan meiosis pertama membentuk 2
spermatosit sekunder (n)
·         Tiap spermatosit sekunder melakukan pembelahan meiosis kedua, menghasilkan 2 spermatid yang bersifat haploid. (n)
·         Keempat spermatid ini berkembang menjadi sperma matang yang bersifat haploid yang semua fungsional , yang berbeda dengan oogenesis yang hanya 1 yang fungsional.
·         Sperma yang matang akan menuju epididimis , kemudian ke vas deferens- vesicula seminalis - urethra dan berakhir dengan ejakulasi.

d.      Struktur Sperma Matang
            Struktur sperma matang terdiri dari:
Ø  kepala
Pada bagian ini sperma mengandung suau lapisan tipis sitoplasma dan sebuah inti berbentuk lonjong dan dan hampi mengisi seluruh bagian dari kepala sperma. Bagian depan disebut acrosom( memiliki enzim hydrolytic yang terdiri dariacrosin dan hyaluronidase yang dibutuhkan saat fertilisasi ) dan bagian belakang dinamakan sentriol. Serta bagian ini juga mempuyai inti sel yang mempuyai arati pentin dalam masalah reproduksi
Ø  Leher
Daerah ini merupakan bagian yang genting dan mengndung sentriol depan dan bagian depan filament poros.
Ø  Badan
Bagian badan dari sperma mengandung filament poros mitochondria dan sentriol belakang berbentuk cincin, sehingga sering disebut bagian badan ini sebagai tenaga pusat sperma karena mitokondria memiliki enzim yang menggerakkan asam trikakboksilat dan transport electron serta fosfolirasi oksidatif, yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP.
Ø  Ekor
Ekor sperma memeiliki 2 bagian : bagian utama dan bagian ujung. Ekor ini mengandung banyak sekali filament poros / flagellum tetapi sedikit mengandung sitoplasma.terdapat 2 sentriol terletak di bagian tengah dari. Fibril-fibril yang seperti cilia tersebar dalam ekor dan dikelilingi oleh cincin yang terdiri dari 9 pasangan fibril perifer. Fibril ini berfungsi menimbulkan gerakan ekor sperma.

Berikut adalah penjelasan mengenai jalur sperma yang telah matang : Dari testis kiri dan kanan, sperma bergerak ke dalam epididimis (suatu saluran berbentuk gulungan yang terletak di puncak testis menuju ke testis belakang bagian bawah) dan disimpan di dalam epididimis sampai saat terjadinya ejakulasi .Jadi epididimis ini agar sperma menjadi matang / mature sehingga siap bergerak ke vas deferens .Dari epididimis, sperma bergerak ke vas deferens dan duktus ejakulatorius. Di dalam duktus ejakulatorius, cairan yang dihasilkan oleh vesikula seminalis , kelenjar prostata dan bulbo uretra ditambahkan pada sperma sehinngga sperma dinamai dengan semen ( benih), yang kemudian mengalir menuju ke uretra dan dikeluarkan ketika ejakulasi.

e.       Faktor-faktor yang Mempengaruhi Spermatogenesis

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi spermatogenesis sehingga bisa terjadi kemandulan:
1.      Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan atau akibat panas  yang berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sperma, berkurangnya pergerakan sperma dan meningkatkan jumlah sperma yang abnormal di dalam semen.Pembentukan sperma yang paling efsisien adalah pada suhu 33,5° (lebih rendah dari suhu tubuh). Testis bisa tetap berada pada suhu tersebut karena terletak di dalam skrotum (kantung zakar) yang berada diluar rongga tubuh.
2.      Faktor lain yang mempengaruhi jumlah sperma adalah pemakaian marijuana atau obat-obatan (misalnya simetidin, spironolakton dan nitrofurantoin).
3.      Penyakit serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya vas deferens (kiri dan kanan) bisa menyebabkan azospermia (tidak terbentuk sperma sama sekali.
4.      Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling sering ditemukan pada kemandulan pria. Varikokel adalah varises (pelebaran vena) di dalam skrotum.Varikokel bisa menghalangi pengaliran darah dari testis dan mengurangi laju pembentukan sperma.

 f.  Hormon yang Berperan dalam Proses Pembentukan Spermatozoa

Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu:
·         LH (Luteinizing Hormone)
LH (Luteinizing Hormone) merupakan hormon yang merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen / testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
·         FSH (Folicle Stimulating Hormone)
FSH (Folicle Stimulating Hormone) merupakan hormon merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2 hari.
·         Hormon Testosteron
Hormon testosteron (androgen)  merupakan hormon yang dihasilkan oleh testis Hormon ini berfungsi merangsang perkembangan organ Seks primer  pada saat embrio dan mendorong spermatogenesis. Selain itu, mempengaruhi perkembangan alat reproduksi danciri kelamin sekunder, seperti tumbuh bulu dan kumis, dan dada menjadi bidang.
























BAB III
PENUTUP

A.                                KESIMPULAN
Ø  OOGENESIS
Ø  Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal: oogonium). Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari fetus perempuan. Pada akhir bulan ketiga usia fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah selesai dibentuk dan siap memasuki tahap pembelahan.  Semula oogonia membelah secara mitosis menghasilkan oosit primer. Pada perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit primer membelah secara miosis, tetapi hanya sampai fase profase. Pembelahan miosis tersebut berhenti hingga bayi perempuan dilahirkan, ovariumnya mampu menghasilkan sekitar 2 juta oosit primer mengalami kematian setiap hari sampai masa pubertas. Memasuki masa pubertas, oosit melanjutkan pembelahan miosis I. hasil pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, satu sel yang besar disebut oosit sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil disebut badan kutub primer.
Ø  Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan mengalami pembelahan miosis II.  Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel, yaitu satu sel berukuran normal disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan polar sekunder. Badan kutub tersebut bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder. Ootid mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan ketiga badan kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat disimpulkan  bahwa pada oogenesis hanya menghasilkan satu ovum.
Ø  Berikut ini rincian hormon yang berperan dalam oogenesis:
5.    Hormon FSH (follicle stimulating hormone)
Berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel
6.    Hormon LH (leutinizing hormone)
Berfungsi merangsang terjadinya ovulasi
7.    Hormon Esterogen
Berfungsi menimbulkan sifat kelamin sekunder
8.    Hormon Progesteron
Berfungsi untuk menebalkan dinding endometrium

Ø  SPERMATOGENESIS
1.      Spermatogenesis adalah Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa. Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus.
2.      Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional.
3.      Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
a.       Spermatocytogenesis
b.      Tahapan Meiois
c.       Tahapan Spermiogenesis
4.      Tahap – tahap spermatogenesis.
a.       Pada dinding tubulus seminiferus telah ada calon sperma (spermatogonium/spermatogonia) yang berjumlah ribuan.
b.      Setiap spermatogonia melakukan pembelahan mitosis kemudian mengakhiri sel somatisnya membentuk spermatosit primer yang siap miosis.
c.       Spermatosit primer (2n) melakukan pembelahan meiosis pertama membentuk 2 spermatosit sekunder (n)
d.      Tiap spermatosit sekunder melakukan pembelahan meiosis kedua, menghasilkan 2 spermatid yang bersifat haploid. (n)
e.       Keempat spermatid ini berkembang menjadi sperma matang yang bersifat haploid yang semua fungsional , yang berbeda dengan oogenesis yang hanya 1 yang fungsional.
5.      Struktur sperma matang terdiri dari : kepala , leher , badan, dan ekor
6.      Ada beberapa faktor yang mempengaruhi spermatogenesis sehingga bisa terjadi kemandulan:
a.       Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan atau akibat panas yang berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sperma, berkurangnya pergerakan sperma dan meningkatkan jumlah sperma yang abnormal di dalam semen.
b.      Pemakaian marijuana atau obat-obatan (misalnya simetidin, spironolakton dan nitrofurantoin).
c.       Penyakit serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya vas deferens (kiri dan kanan) bisa menyebabkan azospermia (tidak terbentuk sperma sama sekali.
d.      Varikokel adalah varises (pelebaran vena) di dalam skrotum.Varikokel bisa menghalangi pengaliran darah dari testis dan mengurangi laju pembentukan sperma.
7.      Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu:

a.       LH (Luteinizing Hormone)
b.      FSH (Folicle Stimulating Hormone)
c.       Hormon Testosteron.
8.      Kecacatan pada spermatogenesis
·         Nondisjunction
·         Sperma berkepala dua
·         Sperma tanpa akrosom
·         Oligospermia
·         Azoospermia 
9.   Ejakulasi (ejaculation) adalah proses pengeluaran air mani (biasanya membawa sperma)
      dari saluran reproduksi pria dan biasanya disertai dengan orgasme. Ini biasanya (secara
      alamiah) merupakan tahapan akhir atau puncak rangsangan seksual, dan merupakan
      sebuah komponen penting dari konsepsi alam. Pada kasus yang jarang, ejakulasi terjadi
      karena penyakit prostat. Ejakulasi juga terjadi secara spontan selama tidur (“mimpi
      basah”). Anejaculation adalah kondisi tidak bisa ejakulasi.
10.  Ada banyak faktor penyebab yang memicu sperma pria menjadi encer, diantaranya:
a.       Faktor Suhu 
b.      Sering melakukan masturbasi atau onani secara berlebihan
c.       Suka Mengenakan celana jeans atau celana dalam yang ketat
d.      Mengalami gangguan hormon seperti hormon testosteron dan kurangnya hormon FSH (Folicel Stimulating Hormone ) dan berlebihnya hormon prola ktin
e.       Faktor psikologis
f.       Kurangnya konsumsi nutrisi dan segala jenis vitamin yang banyak mengandung
g.      Keadaan lingkungan
h.      Keadaan lingkunganGaya hidup yang tidak sehat dan kebiasaan buruk atau berlebihan
i.        Riwayat penyakit
j.        Faktor usia


DAFTAR PUSTAKA

Ø  OOGENESIS
digilib.unimed.ac.id/.../UNIMED-Undergraduate-23057-BAB%20II.pdf

Ø  SPERMATOGENESIS
lib.ui.ac.id/file?file=digital/123859-S09119fk...Literatur.pdf
https://ml.scribd.com/doc/132939773/BAB-II-Spermatogenesis
https://ml.scribd.com/doc/132939773/BAB-II-Spermatogenesis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar