Selasa, 07 Juni 2016

MAKALAH PSIKOLOGI GANGGUAN NIPAS



BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menggapnya, sebagai peristiwa yang menetukan kebidupan selanjutnya.
Perubahan fisik dan emosional yang komplek, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi kebanggan yang ditumbuhkan dari norma-nomra social kultur dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis mulai dari reaksi emosional emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.
Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam mengahadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindroma yang oleh para peneliti dan klinisi disebut post-partum blus.
Post-partum blus. Sendiri sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah menulis refrensi di literature kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pasca salin yang disebut sebagai milk fewer karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi. Dewasa ini post-partum blues (PPB) atau serig juga disebut maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu petama setelh persalinan dan ditandai dengan gejala-gejala seperti :reaksi deprsi/sedih/disforia, menangis , mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri , gangguan tidur dan gangguan nafsu makan . Gejala-gejala ini muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari . Namun pada beberapa kasus gejala-gejala tersebut terus bertahan dan baru menghilang setelah beberapa hari. Minggu atau bulan kemudian bahkan dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat.


B.   TUJUAN
Agar kita sebagai seorang calon bidan dapat :
1.      Mengetahui fase-fase perubahan psikologi pada ibu pasca partum
2.      Mengetahui apa itu post partum blues
3.      Mengetahui factor penyebab post partum blues
4.      Mengetahui gejala-gejala post partum blues
5.      Memberikan asuhan pada ibu yang mengalami post partum

C.   MANFAAT
     Manfaat kita sebagai seorang calon bidan untuk mempelajari mengenai post partum blues ini, yaitu : karena kita sebagai seorang calon bidan yang tentunya akan selalu berhadapan dengan wanita sepanjang daur kehidupannya pastinya harus bisa memberikan asuhan pada wanita sepanjang daur kehidupannya. Apalagi masalah post partum blues adalah masalah yang di hadapi oleh wanita pasca persalinan dengan kita mempelajari post partum blues tentunya kita bisa mencegah agar hal tersebut tidak di hadapi oleh ibu pasca persalinan. Dan bagi ibu yang sudah terkena gejala post partum blues hendaknya kita sebagai seorang tenaga kesehatan harus mencegah agar tidak sampai pada tahap selanjutnya yaitu pada yang lebih parah lagi. Dan juga diharapkan agar kita bisa memberikan asuhan pada ibu-ibu pasca persalinan agar tidak mengalami post partum  blues dan juga memberikan asuhan pada ibu yang mengalami post partum blues.











BAB II
PEMBAHASAN
A.    GAMBARAN UMUM MASA NIFAS
      Masa nifas (puerperium) dimulai sejak kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan saat sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu. Pengawasan dan asuhan post partum masa nifas sangat diperlukan yang tujuannya adalah menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis, melaksanakan sekrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian immunisasi pada saat bayi sehat, memberikan pelayanan KB. Reaksi emosional yang biasanya muncul pada perempuan di masa nifas pasca melahirkan yaitu:
1.      ‘maternity blues’ atau ‘post partum blues’ atau ‘blues’
2.      Psikois pasca persalinan
3.      Depresi pasca persalinan.

B.     PENGERTIAN POST PARTUM BLUES
      Perubahan tersebut merupakan perubahan psikologi yang normal terjadi pada seorang ibu yang baru melahirkan. Namun, kadang-kadang terjadi perubahan psikologi yang abnormal. Gangguan psikologi pascapartum dibagi menjadi tiga kategori yaitu postpartum blues atau kesedihan pascapartum, depresi pascapartum nonpsikosis, dan psikosis pascapartum.
      Postpartum blues dapat terjadi sejak hari pertama pascapersalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan. Postpartum blues merupakan gangguan suasana hati pascapersalinan yang bisa berdampak pada perkembangan anak karena stres dan sikap ibu yang tidak tulus terus-menerus bisa membuat bayi tumbuh menjadi anak yang mudah menangis, cenderung rewel, pencemas, pemurungdan mudah sakit. Keadaan ini sering disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan yang bila tidak segera diatasi bisa berlanjut pada depresi pascapartum yang biasanya terjadi pada bulan pertama setelah persalinan. Saat ini postpartum blues yang sering juga disebut maternity blues atau baby blues diketahui sebagai suatu sindrom gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan.
C.    FASE-FASE  PERUBAHAN PSIKOLOGI PADA IBU PASCA PARTUM
      Seorang ibu yang berada pada periode pascapartum mengalami banyak perubahan baik perubahan fisik maupun psikologi. Perubahan psikologi pascapartum pada seorang ibu yang baru melahirkan terbagi dalam tiga fase:
·         taking in dimana pada fase ini ibu ingin merawat dirinya sendiri, banyak bertanya dan bercerita tentang pengalamannya selama persalinan yang berlangsung 1 sampai 2 hari.
·         taking hold dimana pada fase ini ibu mulai fokus dengan bayinya yang berlangsung 4 sampai 5 minggu.
·         fase letting-go dimana ibu mempunyai persepsi bahwa bayinya adalah perluasan dari dirinya, mulai fokus kembali pada pasangannya dan kembali bekerja mengurus hal-hal lain.


D.    FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB POST PARTUM BLUES
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain:
1.      Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
2.      Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3.      Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4.      Latar belakang psikososial ibu
5.      Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
Ada beberapa hal yang menyebabkan post partum blues, diantaranya :
1.      Lingkungan melahirkan yang dirasakan kurang nyaman oleh si ibu.
2.      Kurangnya dukungan dari keluarga maupun suami.
3.      Sejarah keluarga atau pribadi yang mengalami gangguan psikologis.
4.      Hubungan sex yang kurang menyenangkan setelah melahirkan
5.      Tidak ada perhatian dari suami maupun keluarga
6.      Tidak mempunyai pengalaman menjadi orang tua dimasa kanak-kanak atau remaja. Misalnya tidak mempunyai saudara kandung untuk dirawat.
7.      Takut tidak menarik lagi bagi suaminya
8.      Kelelahan, kurang tidur
9.      Cemas terhadap kemampuan merawat bayinya
10.  Kekecewaan emosional (hamil,salin)
11.  Rasa sakit pada masa nifas awal
Cycde (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa depresi postpartum tidak berbeda secara mencolok dengan gangguan mental atau gangguan emosional. Suasana sekitar kehamilan dan kelahiran dapat dikatakan bukan penyebab tapi pencetus timbulnya gangguan emosional.
Nadesul (1992), penyebab nyata terjadinya gangguan pasca melahirkan adalah adanya ketidakseimbangan hormonal ibu, yang merupakan efek sampingan kehamilan dan persalinan. Sarafino (Yanita dan Zamralita, 2001), faktor lain yang dianggap sebagai penyebab munculnya gejala ini adalah masa lalu ibu tersebut, yang mungkin mengalami penolakan dari orang tuanya atau orang tua yang overprotective, kecemasan yang tinggi terhadap perpisahan, dan ketidakpuasaan dalam pernikahan. Perempuan yang memiliki sejarah masalah emosional rentan terhadap gejala depresi ini, kepribadian dan variabel sikap selama masa kehamilan seperti kecemasan, kekerasan dan kontrol eksternal berhubungan dengan munculnya gejala depresi.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Llewellyn–Jones (1994), karakteristik wanita yang berisiko mengalami depresi postpartum adalah : wanita yang mempunyai sejarah pernah mengalami depresi, wanita yang berasal dari keluarga yang kurang harmonis, wanita yang kurang mendapatkan dukungan dari suami atau orang–orang terdekatnya selama hamil dan setelah melahirkan, wanita yang jarang berkonsultasi dengan dokter selama masa kehamilannya misalnya kurang komunikasi dan informasi, wanita yang mengalami komplikasi selama kehamilan.

Pitt (Regina dkk, 2001), mengemukakan 4 faktor penyebeb depresi postpartum sebagai berikut :
a.       Faktor konstitusional. Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues karena setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.
b.      Faktor fisik. Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada keseimbangan. Kadang progesteron naik dan estrogen yang menurun secara cepat setelah melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.
c.       Faktor psikologis. Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir kehamilan menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis individu. Klaus dan Kennel (Regina dkk, 2001), mengindikasikan pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai hubungan baik antara ibu dan anak..
d.      Faktor sosial. Paykel (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu – ibu, selain kurangnya dukungan dalam perkawinan.
Menurut Kruckman (Yanita dan zamralita, 2001), menyatakan terjadinya depresi pascasalin dipengaruhi oleh faktor :
1.      Biologis. Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat.
2.      Karakteristik ibu, yang meliputi :
a.       Faktor umur. Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20–30 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.
b.      Faktor pengalaman. Beberapa penelitian diantaranya adalah pnelitian yang dilakukan oleh Paykel dan Inwood (Regina dkk, 2001) mengatakan bahwa depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Le Masters yang melibatkan suami istri muda dari kelas sosial menengah mengajukan hipotesis bahwa 83% dari mereka mengalami krisis setelah kelahiran bayi pertama.
c.       Faktor pendidikan. Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak–anak mereka (Kartono, 1992).
d.      Faktor selama proses persalinan. Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi pascasalin.
e.       Faktor dukungan sosial. Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan pascasalin, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.

E.     GEJALA-GEJALA POST PARTUM BLUES
Gejala – gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang ibu. Gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau 6 hari setelah melahirkan. Beberapa perubahan sikap tersebut diantaranya, yaitu :
*      sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia,
*      tidak sabar, penakut,
*      tidak mau makan, tidak mau bicara,
*      sakit kepala sering berganti mood,
*      mudah tersinggung ( iritabilitas), merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan,
*      tidak bergairah, tidak percaya diri,
*      khususnya terhadap hal yang semula sangat diminati,
*      tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan,
*      merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja  dilahirkan,
*       merasa tidak menyayangi bayinya,
*      insomnia yang berlebihan.
Gejala – gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika masih berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat disebut postpartum depression.
 
F.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
      Skrining untuk mendeteksi gangguan mood / depresi sudah merupakan acuan pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner dengan sebagai alat bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-partum blues . Kuesioner ini terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan memiliki 4 (empat) pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit. Cox et. Al., mendapati bahwa nilai skoring lebih besar dari 12 (dua belas) memiliki sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73% untuk mendiagnosis kejadian post-partum blues . EPDS juga telah teruji validitasnya di beberapa negara seperti Belanda, Swedia, Australia, Italia, dan Indonesia. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 (dua) minggu kemudian.

G.    PENATALAKSANAAN/CARA MENGATASI POST PARTUM BLUES
      Penanganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak berbeda dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu yang mengalami post-partum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan yang praktis.
      Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama,  dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.
      Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues ada dua cara yaitu :
      Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik
      Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
1.      Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
  1. Dapat memahami dirinya
  2. Dapat mendukung tindakan konstruktif.
  3. Dengan cara peningkatan support mental
Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga diantaranya :
1.      Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah seperti : membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.
2.      Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan merawat bayi
3.      Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian terhadap istrinya
4.      Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir
5.      Memperbanyak dukungan dari suami
6.      Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan
7.      Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan
8.      Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu
9.      mengganti suasana, dengan bersosialisasi
10.  Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya
Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat dilakukan pada diri klien sendiri, diantaranya dengan cara :
1.      Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi
2.      Tidurlah ketika bayi tidur
3.      Berolahraga ringan
4.      Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
5.      Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
6.      Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
7.      Bersikap fleksibel
8.      Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x
9.      Bergabung dengan kelompok ibu
H.    CARA MENCEGAH POST PARTUM BLUES
      Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko Postpartum Blues yaitu :
1.      Pelajari diri sendiri
2.      Tidur dan makan yang cukup
3.      Olahraga
4.      Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
5.      Beritahukan perasaan
6.      Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan
7.      Persiapkan diri dengan baik
8.      Lakukan pekerjaan rumah tangga
9.      Dukungan emosional
10.  Dukungan kelompok Postpartum Blues








BAB III
KASUS POST PARTUM BLUES

Ny. “M” dengan kehamilan pertamanya telah melahirkan seorang anak yang berjenis kelamin lak-laki di BPS Prita Yeni Surantiah Pesisir Selatan dengan partus spontan dan normal.
Tetapi setelah ± 3 hari post partum ibu mengatakan kurang tidur karena bayinya yang selalu menangis, ibu juga mengatakan bahwa ia kurang percaya diri dalam merawat bayinya. Selain itu : suami ibu juga mengatakn ibu sensitive dan mudah tersinggung dan juga kurang menyayangi bayinya.

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “M”
P1A0H1 HARI PERTAMA DAN KELIMA TANGGAL 13 OKTOBER DAN 18 OKTOBER 2011 POST PARTUM BLUES  DI BPS PRITA YENI SURANTIAH PESISIR    SELATAN


Tanggal                       : 12 oktober 2011                                NO. RM : 03089
Pukul                           : 13.00 WIB
I.            PENGUMPULAN DATA
A.    IDENTITAS / BIODATA
Nama Ibu                                      : Ny. “M”
Umur                                             : 23 th
Suku / bangsa                                : Minang / Indonesia
Agama                                           : Islam
Pendidikan                                    : SMA
Pekerjaan                                       : Ibu Rumah Tangga
Alamat                                          : Jln. Pondok Kopi No. 3 RT.02/RW.05 Kec. SITEBA

Nama Suami                                  : Tn. “C”
Umur                                             : 25 th
Suku / bangsa                                : Minang / Indonesia
Agama                                           : Islam
Pendidikan                                    : DIII Teknik
Pekerjaan                                       : Karyawan Swasta
Alamat                                          : Jln. Pondok Kopi No. 3 RT.02/RW.05 Kec. SITEBA

Nama keluarga yang bias dihubungi         : Ny “B”
Hubungan                                                 : Tetangga
Alamat                                          : Jln. Pondok Kopi No. 5 RT.02/RW.05 Kec. SITEBA
No.Telp                                         : 085263889123

B.     ANAMNESA
1.      Keluhan utama                                    : - ibu tidak mau merawat bayinya
  - Ibu mengatakan kurang tidur
2.      Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu :
No
Tgl
Usia Kehamilan
Jenis Persalinan
Tem
pat Bersalin
Penolong
Komplikasi
Bayi
Nifas
Ibu
Bayi
J.K
BB/PB
Keadaan
Involu
si
Lochea
ASI



















3.      Riwayat persalinan sekarang
a.       Waktu Persalinan              : 13.00 WIB
b.      Tempat melahirkan            : BPS
c.       Ditolong oleh                    : Bidan + Mahasiswa
d.      Jenis Persalinan                 : Spontan
e.       Lama persalinan                :
o   Kala I                         : 5 jam
o   Kala II                        : 15 menit
o   Kala III                      : 15 menit
o     Kala IV                     : 2 jam
f.       Ketuban
o   Warna                         : berwarna jernih
o   Jumlah                        : 250 cc
o   Bau                             : amis tetapi tidak busuk
g.      Bayi
o   Jenis Kelamin             : laki-laki
o   A/S                             : 9/10
o   BB                              : 3500 gram
o   PB                              : 48 cm
o   Molase                        : adanya bercak mongol di bokong pasien
o   Kelainan                     : tidak ada
h.      Plasenta
o   Ukuran                       : ±50 cm
o   Kelainan                     : tidak ada
i.        Perdarahan selama persalinan        :
o   Kala I                         : ± 25 cc
o   Kala II                        : ± 75 cc
o   Kala III                      : ± 75 cc
o   Kala IV                      : ± 100 cc
j.        Komplikasi persalinan       : tidak ada
4.      Riwayat Kontrasepsi
a.       Jenis Kontrasepsi               : tidak ada
b.      Lama Pemakaian               : tidak ada
c.       Ketuban                             : tidak ada
5.      Riwayat Kesehatan
a.       Jantung                              : tidak ada
b.      Ginjal                                 : tidak ada
c.       DM                                    : tidak ada
d.      Hipertensi                          : tidak ada
e.       Hepatitis                            : tidak ada
f.       Dll                                     : tidak ada
6.      Status Perkawinan
a.       Usia nikah pertama kali     : 22 thn
b.      Status perkawinan             : sah
c.       Lama pernikahan               :  9 bln
d.      Pernikahan ke                    : 1
7.      Pola Nutrisi
a.       Makan                               : ada                           
-          Menu dan porsi : 1 piring nasi ukran sedang, 1 ptng ikan sbsar kotak korek api, 1 manggkuk sayur bayam ukrn sedang
-          Frekuensi                      : 3 x sehari
-          Keluhan                        : tidak ada                              
b.      Minum                               : ada
-          Frekuensi                      : 6-7 gelas sehari
-          Jumah                           : 6 gelas ukrn rmh tangga
-          Keluhan                        : tidak ada
8.      Pola Eliminasi
a.       BAK                                  : ada
-          Frekuensi                      : 6-8 kali / hari
-          Warna                           : kuning jernih
-          Keluhan                        : tidak ada
b.      BAB                                  : ada
-          Frekuensi                      : 1-2 kali/hari
-          Konsistensi                   : lembek
-          Warna                           : kuning kecoklatan
-          Keluhan                        : tidak ada
9.      Pola Istirahat dan Tidur
a.       Istirahat siang                    : tidak ada
b.      Istirahat malam                  : 5-6 jam
c.       Keluhan                             : susah tidur
10.  Personal Hygiene
a.       Mandi                                : 2 x sehari
b.      Gosok gigi                         : 2 x sehari
c.       Keramas                            : 2-3 x seminggu
d.      Ganti pembalut                  : 2-3 x sehari
e.       Ganti pakaian                    : 2-3 x sehari
f.       Perawatan Payudara          : tidak ada
11.  Olah Raga
a.       Senam nifas                       : tidak ada
b.      Frekuensi                           : tidak ada
12.  Pola Hidup Sehat
a.       Merokok                            : tidak ada
b.      Alcohol                              : tidak ada
c.       Jamu-jamu                         : tidak ada
13.  Keadaan Psikologis                 : kurang baik
14.  Keadaan Sosial
a.       Hubungan ibu dengan suami                     : baik
b.      Hubungan ibu dengan keluarga                : baik
c.       Hubungan ibu dengan tetangga                : baik
d.      Keadaan Spiritual                                      : shalat 5 x sehari
C.     DATA OBJEKTIF
1.      Pemeriksaan umum
a.       Keadaan umum                                         : kurang baik
b.      Keadaan emosional                                   : kurang baik
c.       Tanda vital
o   TD                                          : 130/80 mmHg
o   Nadi                                       : 80 x/i
o   Pernafasan                              : 23 x/i
o   Suhu                                       : 37°C
2.      Pemeriksaan khusus
a.       Wajah                                                      : tidak ada oedema
b.      Leher                                                       : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
c.       Payudara
o   Pengeluaran                         : ASI kurang lancar
o   Bentuk                                 : simetris kiri dan kanan
o   Puting susu                          : menonjol
d.      Abdomen
o   Bentuk                                             : tidak ada bekas operasi, ada striae lipid gravidarum, ada linea nigra
o   TFU                                                 : ½ pusat-sympisis
o   Kontraksi                                         : baik
o   Kandung kemih                               : kosong
e.       Genitalia 
o   Perineum                                          : tidak ada bekas laserasi
o   Lochea
-          Warna                                       : kecoklatan
-          Jumlah                                       : ±10 cc
-          Bau                                           : amis tidak busuk
f.        Ekstremitas

D.    PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1.      Darah
o   Hb                                   : tidak dilakukan

















BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Baby blues atau postpartum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
Banyak faktor diduga berperan pada sindroma ini, antara lain adalah faktor hormonal, faktor demografik yaitu umur dan paritas, pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan, takut kehilangan bayi, bayi sakit ( kuning, dll ), takut untuk memulai hubungan suami istri (ML), anak akan terganggu, dan latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan.
Penanganan gangguan mental postpartum pada prinsipnya tidak berbeda dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan yang praktis.
Inti dari Asuhan yang diberikan mencakup perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis klien secara bersamaan dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.
B.     SARAN
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan pembaca bisa memahami konsep dasar postpartum blues dan bagaimana penerapan asuhan yang tepat diberikan kepada pasien yang menderita masalah tersebut. Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya. Setelah diketahui bagaimana asuhan yang benar maka diharapkan postpartum blues ini berkurang atau dapat ditangani dengan benar. Selain itu, diharapkan pembaca dapat membagi informasi ini kepada masyarakat dan dapat mempraktekkan ilmunya saat di lapangan nantinya.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 87-96).
Irhami. 2010.
Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas. zikra-myblog.blogspot.com/2010/06/zikra-proses-adaptasi-psikologis-ibu.html Diunduh 19 Oktober 2010 Pukul 08.55 PM
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 63-69).
Suherni, 2007. Perawatan Masa
Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 85-100).
The_wie. 2009.
Proses Adaptasi Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas.
Suparlan, YB, Rachmanto, W, dan Pardiman, S. 1990. Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Kanisius.
the2w.blogspot.com/2009/10/proses-adaptasi-psikologis-ibu-dalam.html Diunduh 19 Oktober 2010 Pukul 08.55 PM
Wiknjosastro, H, Saifudin, BR, dan Rachimhadhi, T. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Wilkinson, G. 1992. Buku Pintar Kesehatan : Depresi. Jakarta : Arcan.
www.bluerider.com/wordseach/primipara. Primipara.
www.ivillage.co.uk/pregnancyandbaby/tools.pregnancy_gloss. Look Up Any Word In Our Glossary.
www.Jawaban.com. Urutan Kelahiran.
Yanita, A, dan Zamralita. 2001. Persepsi Perempuan Primipara Tentang Dukungan Suami Dalam Usaha Menanggulangi Gejala Depresi pascasalin. Phronesis. Vol.3. No : 5. 34 – 50.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar